Local Food 2
Soto Betawi adalah salah satu kuliner khas Jakarta
yang banyak sekali peminatnya. Oleh karena itulah tidak mengherankan jika soto
Betawi menjadi suguhan dalam banyak acara. Misalnya saja untuk acara besar
seperti lebaran Idul Fitri, soto Betawi juga menjadi hidangan yang spesial.
Mari kita ulas lebih jauh, mulai dari sejarah sampai resep soto Betawi yang
begitu khas dan banyak penggemarnya ini.
Sejarah Soto Betawi
Soto Betawi, Via Instagram jajanbeken
Soto Betawi, Via Instagram jajanbeken
Mendengar namanya, mungkin sebagian besar dari kita
semua bakal berpikiran jika kuliner ini diciptakan oleh orang Betawi. Tapi
ternyata orang pertama yang mempopulerkan soto Betawi merupakan keturunan
Tionghoa bernama Lie Boen Po yang merupakan penjual soto di THR Lokasari atatu
Prinsen Park. Isilah soto Betawi ini hadir memperkaya kuliner Indonesia sekitar
tahun 1977-1978.
Soto Betawi dengan daging yang melimpah, Via
Instagram kulineryogya
Soto Betawi dengan daging yang melimpah, Via
Instagram kulineryogya
Pada tahun 1977-1978, memang banyak sekali
orang-orang yang menjual soto Betawi dengan ciri khasnya masing-masing. Namun
belum banyak orang yang menamakan kuliner tersebut dengan soto Betawi,
kebanyakan dari penjual menyebutkan soto kaki Pak X atau yang lainnya. Nah,
selanjutnya nama Soto Betawi mulai tersebar setelah penjual soto tersebut tutup
sekitaran tahun 1991 yang lalu.
Resep Soto Betawi
Soto Betawi dengan kuah kental, Via Instagram
aristamontana
Soto Betawi dengan kuah kental, Via Instagram
aristamontana
Biasanya, dalam seporsi soto Betawi akan ada
jeroan, organ-organ lainya. Lalu untuk kuahnya ada campuran santan dan susu
yang membuat rasanya sangat khas. Ditambah dengan kerupuk emping yang membuat
rasanya makin enak. Buat kamu yang ingin mencoba membuat soto Betawi di rumah,
berikut ini akan dijabarkan resepnya.
Bahan-bahan yang diperlukan
500 gram daging sapi, bisa dipotong sesuka hati
300 gram tulang sapi untuk kaldu
300 gram paru sapi
200 ml santan kental
250 ml susu cair full cream
air secukupnya
kaldu bubuk
minyak goreng
3 batang daun bawang
3 batang seledri
Bumbu Halus
Soto Betawi yang sangat menggugah selera, Via
Instagram novelia_johan
Soto Betawi yang sangat menggugah selera, Via
Instagram novelia_johan
1 sendok makan lada
1/2 sendok teh jinten
1 sendok teh ketumbar
1/2 biji pala
3 butir kemiri
4 siung bawang putih
5 siung bawang merah
garam secukupnya
gula atau penyedap rasa jika berkenan
Bahan-bahan pelengkap
kentang goreng
tomat
irisan daun bawang
jeruk limau
acar mentimun
bawang goreng
emping goreng
dan kecap manis
Langkah-langkah membuatnya
Tumislah bumbu halus hingga matang, tiriskan
sebentar.
Didihkan air lalu masukkan tulang, daging, jahe,
dan juga lengkuas, rebus sampai daging empuk.
Tiriskan daging, dan olah paru sapi.
Masukkan tumisan bumbu halus, santan kental, susu
segar ke dalam air kaldu.
Masukkan daun bawang dan seledri sampai sedikit
layu.
Masukan daging sapi dan juga jeroan hingga matang
lalu angkat.
Hidangkan bersama nasi hangat dan bahan-bahan
pelengkap lalu sajikan.
RENDANG
Sejarah Rendang
Rendang merupakan masakan yang kaya rempah dengan
daging sebagai bahan dasarnya. Rendang juga menggunakan karambia (santan
kelapa) dan campuran bumbu khas yang dihaluskan seperti cabai, lengkuas, jahe,
kunyit, bawang, dan bumbu-bumbu lainnya. Keunikan rendang adalah bumbu alami
yang digunakan memiliki sifat antiseptik, sehingga bisa berguna sebagai
pengawet alami. Bumbu lain juga diketahui punya aktivitas antimikroba yang
kuat, dan tidak heran jika rendang bisa bertahan berbulan-bulan. Untuk
pemasakan rendang hingga kuah benar-benar kering, prosesnya akan menghabiskan
waktu sekitar delapan jam.
Penelusuran tentang sejarah rendang akan membawa
kita ke salah satu daerah di Sumatera bagian barat, yaitu Minangkabau. Bagi
masyarakat Minang, rendang sudah menjadi salah satu bagian dari kehidupan
kuliner mereka sejak jaman nenek moyang mereka. Untuk sejarah kapan pertama
kali rendang diciptakan sendiri, sayangnya tidak banyak bukti tertulis yang
dapat ditemukan. Salah satu dugaan yang muncul di kalangan para peneliti adalah
bahwa panganan ini telah muncul sejak orang Minang mengadakan acara adat mereka
untuk pertama kalinya. Awal mula sejarah rendang khas Padang ini terdengar
dimana-mana mungkin terjadi karena seni memasak ini terus berkembang dari Riau,
Mandailing, Jambi, bahkan hingga ke Negeri Sembilan yang merupakan negara
bagian federasi Malaysia karena perantau Minang yang tinggal di sana.
Catatan tentang rendang sebagai makanan tradisional
dari daerah Minangkabau ditemukan pada awal abad ke-19, namun Gusti Anan,
seorang sejarawan dari Universitas Andalas di Padang memiliki dugaan bahwa
rendang sudah mulai muncul sejak abad ke-16. Hal ini ia simpulkan dari catatan
literatur abad ke-19 dimana tertulis bahwa masyarakat Minang darat sering
bepergian menuju Selat Malaka hingga Singapura. Perjalanan tersebut mereka
lalui dengan jalur air dan bisa memakan waktu kurang lebih sekitar satu bulan.
Mengingat tidak adanya perkampungan di sepanjang perjalanan itu, para perantau
ini pasti sudah menyiapkan bekal makanan yang akan tahan hingga waktu yang
lama, dan makanan itu adalah rendang. Gusti juga menduga bahwa pembukaan
kampung baru di pantai timur Sumatera hingga Singapura, Malaka, dan Malaysia
oleh masyarakat Minang pada abad ke-16 juga sudah mengikutsertakan rendang
sebagai makanan mereka karena perjalanan tersebut butuh waktu berbulan-bulan.
Selain dari catatan sejarah, sejarah masakan
rendang khas Padang juga dapat ditemukan dalam catatan harian Kolonel Stuers
yang pada tahun 1827 menulis tentang kuliner dan sastra. Di dalam catatan
tersebut sering kali muncul secara implisit deskripsi kuliner yang diduga
mengarah pada rendang dan tertulis istilah makanan yang dihitamkan dan
dihanguskan. Hal ini, menurut Gusti, adalah salah satu metode pengawetan yang
biasa dilakukan oleh masyarakat minang. Rendang sendiri berasal dari kata
“merandang,” yaitu untuk memasak santan hingga kering secara perlahan hal ini
cocok dengan rendang yang memang butuh waktu lama untuk dimasak hingga kuahnya
kering.
Sejarah rendang juga tidak lepas dengan kedatangan
orang-orang dari Arab dan India di kawasan pantai barat Sumatera. Dipercaya
bahwa pada abad ke-14, sudah banyak orang-orang India yang tinggal di daerah
Minang, dan bumbu serta rempah-rempah sudah diperkenalkan oleh orang-orang
tersebut. Ada juga dugaan yang mengatakan bahwa masakan kari yang sudah menjadi
makanan khas India dan diperkenalkan pada abad ke-15 di daerah Minang merupakan
dasar dari rendang itu sendiri. Hal ini sangat mungkin mengingat adanya kontrak
perdagangan dengan India pada masa itu. Ahli waris tahta kerajaan Paguruyung
juga membuka adanya kemungkinan bahwa rendang merupakan kari yang diproses
lebih lanjut. Yang membuatnya berbeda adalah rendang memiliki sifat yang lebih
kering, sehingga bisa jauh lebih awet jika dibandingkan dengan kari.
Masakan rendang khas Padang tetap tidak mati hingga
sekarang, bahkan menjadi semakin terkenal dengan menjamurnya warung makan
Padang di setiap sudut kota di Nusantara. Meski dikenal dengan bentuknya yang
terbuat dari daging, ternyata banyak juga variasi rendang lainnya seperti
rendang ayam, bebek, hati, telur, paru, dan ikan tongkol. Selain itu ada juga
rendang suir yang berasal dari Payakumbuh. Yang membedakan rendang suir dengan
rendang biasa adalah daging ayam atau sapi yang digunakan, serat dagingnya akan
disuir kecil-kecil.
Filosofi Rendang
Makanan rendang khas Padang sebagai masakan
tradisional memiliki posisi yang terhormat dalam hidup bermasyarakat di
Minangkabau. Hal ini dikarenakan bahan-bahan pembuat rendang memiliki makna
sendiri-sendiri. Bahan pertama yaitu dagiang atau daging sapi yang juga
merupakan bahan utama melambangkan niniak mamak dan bundo kanduang, dimana
mereka akan memberi kemakmuran pada anak pisang dan anak kemenakan. Bahan kedua
adalah karambia atau kelapa, yang melambangkan kaum intelektual atau yang dalam
bahasa Minang disebut Cadiak Pandai, dimana mereka merekatkan kebersamaan
kelompok maupun individu. Yang ketiga adalah Lado atau sambal sebagai lambang
alim ulama yang tegas dan pedas dalam mengajarkan agama. Bahan terakhir adalah
pemasak atau bumbu, yang melambangkan setiap individu dimana masing-masing
individu memiliki peran sendiri-sendiri untuk memajukan hidup berkelompok dan
adalah unsur terpenting dalam hidup bermasyarakat masyarakat Minang.
Bahan Utama Untuk Membuat Resep Daging Rendang Asli
Padang:
1.5 kg daging
2 liter santan dari 2 butir kelapa tua
Bumbu dan Rempah Untuk Membuat Rendang Minang Asli:
2 batang daun serai, memarkan
4 lembar daun jeruk purut
2 cm asam kandis/gelugur
2 lembar daun kunyit, simpulkan
Bumbu Resep Rendang Padang Asli Minang yang harus
kamu Dihaluskan:
5 butir kemiri
6 siung bawang putih
100 g cabe merah besar
12 butir bawang merah
100 g cabe merah keriting
2 cm jahe, bakar
2 cm lengkuas
3 cm kunyit, bakar
1/2 sdm ketumbar
2 sdt garam
1/2 sdt pala
1 sdt jintan, sangrai
Penyedap rasa secukupnya
Cara Mengolah Resep Rendang Padang Asli khas
Minang:
Pertama tama olah daging yang sudah disiapkan,
potong-potong daging rendang dengan bentuk dadu atau seukuran yang diinginkan,
hanya saja jangan pernah memotong daging terlalu kecil untuk diolah menjadi
rendang agar saat dimasak nanti daging tidak hancur.
Tuangkan santan ke wajan berukuran besar, masukkan
pula serai, irisan bawang merah, asam dan daun kunyit. Aduk-aduk hingga santan
mendidih dan pastikan santan yang anda masak tidak pecah, untuk itu Anda harus
terus mengaduk-aduk santan hingga mendidih merata.
Setelah santan mendidih, masukkan perlahan bumbu
yang telah dihaluskan kedalamnya dan sesekali aduk-aduk selama kurang lebih 20
– 30 menit.
Setelah anda melihat santan tampak berminyak,
berarti ini saatnya kamu memasukan potongan daging rendang yang telah
dibersihkan dan masak dengan menggunakan api kecil/sedang hingga santan
mengental dan mengering serta bumbu meresap ke pori pori daging.
Terus masak hingga daging empuk dan matang merata,
jangan lengah untuk terus diaduk-aduk agar bagian dasar tidak gosong dan daging
tidak gagal.


Komentar
Posting Komentar