Ingredient 14
YEAST
Yeast telah digunakan oleh manusia sejak dahulu
untuk menghasilkan makanan dan minuman yang diinginkan. Dapat dinyatakan disini
bahwa yeast merupakan jasad renik (mikroorganisme) yang pertama yang digunakan
manusia dalam industri pangan. Penggunaannya boleh dikatakan lama sebelum
diketemukannya aksara. Dari beberapa peninggalan Mesir kuno, yang ditulis dalam
hieroglyf (tulisan Mesir kuno), tercatat bahwa orang-orang Mesir zaman itu
telah menggunakan yeast dan proses fermentasi dalam memproduksi minuman
beralkohol dan membuat roti. Minuman fermentasi tertua yang penah diketahui
adalah bir yang sudah diproduksi sejak tahun 4000 SM. Bir dibuat dari bahan
baku antara lain :
1. Gandum (Berley), padi-padian, bijian yang lain,
yang diolah menjadi roti, kemudian dihancurkan disuspensikan dengan air dan
difermentasikan.
2. Rasanya ada yang manis dan ada yang masam.
Pada saat
itu, fermentasi atau proses biokimia ini masih merupakan misteri dan bahkan
dianggap sebagai proses magis. Secara umum diyakini bahwa fermentasi dalam
membuat minuman beralkohol dan roti pada awalnya merupakan proses alami dari
aktivitas mikroba sebagai kontaminan didalam tepung, biji-bijian serta sari-buah
yang mengandung gula. Berbagai mikroba ini, termasuk yeast dan lactic acid
bacteria, yang pada umumnya terdapat pada berbagai biji-bijian dan buah-buahan
yang biasa ditanam. Disisi lain, leaven (biang roti) pada awalnya merupakan
media yang lembut seperti “adonan”. Sebagian kecil media itersebut digunakan
sebagai “starter” untuk membuat roti yang lebih banyak. Demikian secara turun
temurun proses ini dilakukan, penggunaan “starter” ini menimbulkan kebiasaan
untuk menyimpan sebagian dari bir, anggur atau “adonan” roti yang baik untuk
digunakan pada pembuatan berikutnya. Selama ratusan tahun, sudah merupakan
tradisi bagi pembuat roti (bakers) mendapatkan yeast dari hasil produksi
sampingan dalam pembuatan minuman anggur. Dengan demikian, boleh dikatakan
bahwa para pembuat roti ini juga merupakan pionir dalam memanfaatkan mikroba
untuk keperluan industri.
Baru
setelah diketemukannya mikroskop maka mulai dilakukan pengamatan tentang yeast
lebih seksama. Pekerjaan ini dipelopori oleh Louis Pasteur pada akhir tahun
1860 yang menyimpulkan bahwa yeast merupakan mikroba hidup yang bertindak
sebagai agen dalam proses fermentasi dan digunakan sejak zaman dahulu untuk
menaikan adonan roti. Tidak lama setelah penemuan tersebut, dilakukan upaya
untuk meng-isolasi yeast secara murni. Dengan kemampuan ini mulailah dilakukan
produksi yeast secara komersial untuk keperluan pembuatan roti. Jenis yang
dikembangkan adalah Saccharomyces cerevisiae yang disebut dengan Baker’s
yeasts. Sejak saat itu, perusahan roti, minuman dan para ahli mulai berupaya
untuk memproduksi strain murni yeast yang tepat untuk keperluan industri yang
disesuaikan dengan rasa dan keperluan kualitas serta karateristik lainnya.
Sedangkan di Indonesia yang dikenal dengan ragi untuk tape sebenarnya ada yang
tidak murni dari jenis yeast saja akan tetapi dicampur dengan jenis bakteri
dimana disesuaikan dengan kebutuhan produk yang akan dihasilkannya.
Produk-produk yang dihasilkan melalui aktivitas yeast seperti roti, bir, wine,
vineger dan sebagainya.
Di Indonesia dalam hal memproduksi makanan
tradisional ataupun makanan fermentasi dengan menggunakan yeast masih belum
begitu membudaya jika dibandingkan dengan penggunaan bakteri atau jamur
seperti: Rhizopus spp., Aspergillus spp., Penicillium spp., Mucor spp. dan yang
lainnya. Bahkan terlihat sangat tertinggal jauh dengan starter yang berasal
dari kelompok bakteri asam laktat
(BAL) “friendly bacteria” yang biasanya dipakai sebagai Probiotic. Probiotic
adalah sekelompok mikroba hidup yang menguntungkan dan digunakan untuk
mempengaruhi induk semang melalui perbaikan mikroorganisme dalam saluran
pencernaan (Fuller 1992). Sebagai contoh misalnya pada pembuatan produk susu
asam, yogurt, yakult, minuman susu asidophilus, bifidus, nata de coco dan lain
sebagainya. Hal ini terutama disebabkan karena kurangnya pengetahuan dalam
pemanfaatan dan perekayasaan yeast sebagai starter ataupun agen dalam dalam
proses fermentasi. Selain itu, secara teknis dirasakan juga kesukaran dalam
memperoleh dan mengembangkan spesies yang diinginkan.
Kandungan pada ragi
Ragi mengandung energi sebesar 136 kilokalori,
protein 43 gram, karbohidrat 3 gram, lemak 2,4 gram, kalsium 140 miligram,
fosfor 1900 miligram, dan zat besi 20 miligram.
Selain itu di dalam Ragi juga terkandung vitamin A sebanyak 0 IU,
vitamin B1 0 miligram dan vitamin C 0 miligram.
Hasil tersebut didapat dari melakukan penelitian terhadap 100 gram Ragi,
dengan jumlah yang dapat dimakan sebanyak 100 %.
Mengenal ragi dan jenis-jenisnya
Sebelum melangkah lebih jauh, tahukah anda kalau
ragi adalah bahan pengembang yang berasal dari spesies jamur? Ada satu spesies
jamur bernama Latin Saccharomyces cerevisiae yang paling banyak diolah sebagai
ragi roti. Ketika dicampurkan dalam adonan, jamur ini akan mendorong terjadinya
proses fermentasi yang akan membantu proses pengembangan. Namun sebelum
dicampurkan dalam adonan roti, kita harus memastikan dulu kalau ragi masih
“hidup”. Cara mengeceknya, larutkan ragi dalam campuran air dan gula
secukupnya. Tunggu selama kurang lebih 7-10 menit, lalu perhatikan permukaan larutan
ragi tersebut. Jika muncul banyak gelembung atau buih, maka bisa dipastikan
kalau ragi siap digunakan.
Oh ya, ragi memiliki beberapa jenis. Di Indonesia
sendiri, ada tiga jenis ragi yang bisa didapatkan di pasaran. Jenis ragi ini
dibedakan dari bentuk dan kadar kelembapannya. Semakin tinggi kadar
kelembapannya, maka semakin pendek masa tahannya. Yuk, simak terus yang satu
ini.
a. Ragi Basah atau Padat (Compressed Yeast)
Ragi ini disebut “versi jadul” dari ragi-ragi lain.
Ragi basah memiliki tekstur halus, padat, dan berbentuk balok atau kubus kecil
yang terbungkus aluminium. Kira-kira mirip seperti kaldu blok, ya. Namun di
antara jenis yang lain, ragi basah mudah sekali mati. Paling tidak, ragi ini
bisa tahan dalam suhu ruang selama 2-3 hari. Oleh sebab itu, ragi ini semakin
jarang ditemui di supermarket maupun toko kue. Merek yang ada di Indonesia
untuk ragi ini adalah Pinnacle, Five Stars, dan Red Star.
b. Ragi Kering Aktif atau Koral (Active Dry Yeast)
Dibandingkan ragi sebelumnya, ragi kering aktif
justru memiliki ketahanan yang lama, yakni bisa mencapai satu tahun dalam suhu
ruang. Ragi ini berbentuk butiran kasar dan seperti namanya, ragi kering aktif
perlu “dihidupkan” sebelum dicampurkan dalam adonan. Cara menghidupkannya
seperti yang dijelaskan di atas, yakni memakai larutan air dan gula. Beberapa
merek yang terkenal di Indonesia adalah Pinnacle dan Red Star.
c. Ragi Instan (Instant Yeast)
Sering mendengar istilah Fermipan? Nah, itulah
salah satu merek ragi instan yang terkenal di Indonesia. Ragi instan berbentuk
butiran yang lebih kecil dari ragi kering aktif. Namun soal daya tahan, ragi
instan lebih cepat mati dari ragi kering aktif, makanya ragi ini perlu dipindah
ke wadah kedap udara setelah dibuka kemasannya. Oh ya, ragi ini tak perlu dilarutkan
dulu, lho. Ragi instan bisa langsung dicampurkan dalam adonan karena terbukti
lebih mudah aktif dari jenis ragi lainnya. Selain Fermipan, ada pula ragi
instan dengan merek Mauri-pan, Saf-instan, GS (khusus donat), dan Haan.
Manfaat dan Penggunaannya :
Ragi padat, selain dimanfaatkan untuk fermentasi
pembuatan tapai terkadang juga untuk mengempukan ikan atau membuat pindang
bandeng. Dalam penggunaannya, ragi padat harus dihaluskan sebelum ditaburkan
dalam bahan lainnya.
Ragi kering yang terbentuk butiran dan bubuk ini
bisa membuat adonan roti menjadi mengembang, empuk dan mulur.
Untuk pemakaiannya, ragi kering bentuknya butiran
harus dicampur dengan air hangat dan gula agar terbentuk ‘adonan biang’ sebelum
dicampur dengan adonan tepung.
Sedangkan ragi kering yang bentuknya butiran halus
atau ragi instan, cara pemakaiannya bisa langsung dicampur dalam adonan tepung,
gula, air dan bahan lainnya.
Cara penyimpanan Ragi :
Dalam keadaan tidak terpakai, ragi membutuhkan
suasana hangat agar sel – sel nabatinya tetap hidup untuk mengaktifkan
kerjanya. Maka ragi – ragi ini memerlukan penyimpanan yang teliti.
1. Ragi padat dalam keadaan normal lebih cepat
rusak dan akan kehilangan daya peragiannya jika disimpan dalam suhu 2 derajat C
selama 4 sampai 5 minggu. Ragi padat harus selalu disimpan ditempat dingin
(lemari es).
2. Ragi kering yang terbentuk seperti butiran halus
ini umumnya terbungkus dalam kemasan timah yang mengandung nitrogen agar tetap
awet. Untuk penyimpanan tidak perlu disimpan ditempat yang dingin (lemari es),
tetapi bila keadaan memungkinkan, menyimpan ragi ini ditempat dingin akan
menambah kegunaan ragi.
3. Suhu ideal untuk menyimpan ragi kering agar awet
dalam jangka waktu yang panjang adalah 7 derajat C dan perlu diperhatikan
sering mungkin.
MARGARIN
Margarin
ialah mentega buatan. Bisa dibuat dari minyak nabati, atau minyak hewani. Bisa
juga mengandung susu saringan, garam dan pengemulsi. Margarin mengandung lebih
sedikit lemak daripada mentega, sehingga margarin banyak digunakan sebagai
pengganti mentega. Ada juga margarin rendah kalori, yang mengandung lemak lebih
sedikit.
SEJARAH
Pada tahun
1813, di sebuah lab kimia, seorang ilmuwan Prancis Michel Eugene Chevreul
menemukan sejenis asam lemak yang dia sebut acide margaruite. Karena wujudnya
yang berupa endapan berkilauan seperti mutiara, makanya dia menamainya sesuai
kata Yunani margarites, yang berarti "pearly - seperti mutiara."
Tapi Kaisar Napoleon III menginginkan pengganti
margarin dengan harga lebih murah. Maka dia mengadakan sayembara, disediakan
hadiah bagi siapa saja yang bisa menciptakan pengganti yang sepadan tapi lebih
murah.
Masuklah
ahli kimia Prancis Hippolyte Mège-Mouriès. Pada tahun 1869, Mège-Mouriès
menyempurnakan dan mematenkan sebuah campuran lemak sapi dan susu yang
menghasilkan substitusi dari margarin, karenanya dia pun memenangkan hadiah
dari sang Kaisar. Hore.Masih jauh. Produk baru yang diberi nama
"oleomargarine" itu sulit dipasarkan. Pada tahun 1871, Mège-Mouriès
mendemonstrasikan prosesnya bagi perusahaan Belanda yang mengembangkan metodenya
dan membantunya dalam memasarkan margarin.
Pengusaha-pengusaha Belanda ini menyadari bahwa jika margarin bakal
menggantikan butter maka ia harus kelihatan seperti butter, dan mereka pun
mulai mewarnai margarin, yang aslinya putih, menjadi kuning butter.Sayangnya
Mège-Mouriès tidak diperlakukan istimewa atas penemuannya itu. Dia bahkan
meninggal dalam keadaan miskin pada tahun 1880. Perusahaan Belanda yang
mengembangkan resepnya pun bekerja cukup baik bagi perusahaan itu sendiri, yang
mana, Jurgens, akhirnya menjadi perusahaan pembuat margarin dan sabun terekenal
di dunia yang kemudian menjadi bagian dari Unilever.
KARAKTERISTIK
Terbuat dari minyak nabati, yang umumnya berasal
dari kelapa sawit
Mengandung sedikit atau malah tidak ada sama sekali
kolesterol, tapi mengandung banyak lemak tak jenuh yang mengandung omega-3 dan
omega-6 (lemak tak jenuh ini sering disebut trans-fat atau lemak trans);
Meskipun margarin tidak mengandung kolesterol,
lemak trans yang ada di dalamnya bisa meningkatkan kadar kolesterol LDL,
seperti halnya lemak jenuh. Namun, tidak seperti lemak jenuh, lemak trans bisa
menurunkan kadar kolesterol HDL (kolesterol baik). HDL memberikan pertahanan
terhadap lemak yang menyumbat arteri. Lemak trans ini dianggap lebih berbahaya
untuk kesehatan daripada lemak jenuh.
Teksturnya lebih padat dan titik lelehnya lebih
tinggi dari pada mentega karena ada proses hidrogenasi (penjenuhan asam lemak);
Warnanya lebih kuning dari mentega karena adanya
tambahan zat pewarna alami, seperti karotenoid;
Aroma margarin tidak seenak mentega, tapi daya emulsinya
bagus, sehingga mampu menghasilkan tekstur kue yang bagus.
NUTRITION
Margarin
mengandung energi sebesar 720 kilokalori, protein 0,6 gram, karbohidrat 0,4
gram, lemak 81 gram, kalsium 20 miligram, fosfor 16 miligram, dan zat besi 0
miligram. Selain itu di dalam Margarin
juga terkandung vitamin A sebanyak 2000 IU, vitamin B1 0 miligram dan vitamin C
0 miligram. Hasil tersebut didapat dari
melakukan penelitian terhadap 100 gram Margarin, dengan jumlah yang dapat
dimakan sebanyak 100 %.
FUNCTION
1.
Pengganti minyak goreng atau mentega
2.
Memberikan tekstur yang lembut pada roti
3.
Menambah rasa pada makanan
4.
Menambah aroma pada makanan
MEMILIH MARGARIN YANG BAIK
1. Cari
margarin dengan lemak trans 0 gr
2.
Sebaiknya tidak memilih margarin dengan informasi “partially
hydrogenated oil”
3.
Kandungan lemak jenuh sebaiknya sebesar 2 – 2,5 gr saja (atau kurang)
per porsi. Jika lebih tinggi, kemungkinan mengandung banyak minyak sawit
4. Cari
yang bahannya lebih alami dan diproses secara minimal, karena sering kali
produk ini mengalami manipulasi.
GULA (SUGAR)
HISTORY
Sumber gula di Indonesia sejak masa lampau adalah
cairan bunga (nira) kelapa atau enau, serta cairan batang tebu. Tebu adalah
tumbuhan asli dari Nusantara, terutama di bagian timur.
Ketika orang-orang Belanda mulai membuka koloni di
Pulau Jawa kebun-kebun tebu monokultur mulai dibuka oleh tuan-tuan tanah pada
abad ke-17, pertama di sekitar Batavia, lalu berkembang ke arah timur.
Puncak kegemilangan perkebunan tebu dicapai pada
tahun-tahun awal 1930-an, dengan 179 pabrik pengolahan dan produksi tiga juta
ton gula per tahun. Penurunan harga gula akibat krisis ekonomi merontokkan
industri ini dan pada akhir dekade hanya tersisa 35 pabrik dengan produksi 500
ribu ton gula per tahun. Situasi agak pulih menjelang Perang Pasifik, dengan 93
pabrik dan prduksi 1,5 juta ton. Seusai Perang Dunia II, tersisa 30 pabrik
aktif. Tahun 1950-an menyaksikan aktivitas baru sehingga Indonesia menjadi
eksportir netto. Pada tahun 1957 semua pabrik gula dinasionalisasi dan
pemerintah sangat meregulasi industri ini. Sejak 1967 hingga sekarang Indonesia
kembali menjadi importir gula.
Macetnya riset pergulaan, pabrik-pabrik gula di
Jawa yang ketinggalan teknologi, tingginya tingkat konsumsi (termasuk untuk
industri minuman ringan), serta kurangnya investor untuk pembukaan lahan tebu
di luar Jawa menjadi penyebab sulitnya swasembada gula.
Pada tahun 2002 dicanangkan target Swasembada Gula
2007. Untuk mendukungnya dibentuk Dewan Gula Indonesia pada tahun 2003 (berdasarkan
Kepres RI no. 63/2003 tentang Dewan Gula Indonesia). Target ini kemudian
diundur terus-menerus.
NUTRIENT CONTENT
Banyaknya Gula Pasir yang diteliti (Food Weight) =
100 gr
Bagian Gula Pasir yang dapat dikonsumsi (Bdd / Food
Edible) = 100 %
Jumlah Kandungan Energi Gula Pasir = 364 kkal
Jumlah Kandungan Protein Gula Pasir = 0 gr
Jumlah Kandungan Lemak Gula Pasir = 0 gr
Jumlah Kandungan Karbohidrat Gula Pasir = 94 gr
Jumlah Kandungan Kalsium Gula Pasir = 5 mg
Jumlah Kandungan Fosfor Gula Pasir = 1 mg
Jumlah Kandungan Zat Besi Gula Pasir = 0 mg
Jumlah Kandungan Vitamin A Gula Pasir = 0 IU
Jumlah Kandungan Vitamin B1 Gula Pasir = 0 mg
Jumlah Kandungan Vitamin C Gula Pasir = 0 mg
FUNCTION
1. memberikan rasa manis
2. makanan khamir selama fermentasi roti
3. membantu dalam pembentukan warna
4. sebagai bahan pengawet
5. menambah nilai nutrisi produk
CHARACTERISTIC
Gula adalah suatu karbohidrat sederhana yang
menjadi sumber energi dan komoditi perdagangan utama. Gula paling banyak
diperdagangkan dalam bentuk kristal sukrosa padat. Gula digunakan untuk
mengubah rasa menjadi manis pada makanan atau minuman. Gula sederhana, seperti
glukosa (yang diproduksi dari sukrosa dengan enzim atau hidrolisis asam),
menyimpan energi yang akan digunakan oleh sel.Gula sebagai sukrosa diperoleh
dari nira tebu, bit gula, atau aren. Meskipun demikian, terdapat sumber -
sumber gula minor lainnya, seperti kelapa. Sumber-sumber pemanis lain, seperti
umbi dahlia, anggir, atau jagung, juga menghasilkan semacam gula atau pemanis
namun bukan tersusun dari sukrosa.
Komentar
Posting Komentar